Artikel
Bagaimana Perspektif Islam dalam Menyikapi Perkembangan Teknologi AI?
LAZGIS Peduli
17 Juli 2025
Bagaimana Perspektif Islam dalam Menyikapi Perkembangan Teknologi AI?

Perkembangan teknologi, khususnya Artificial Intelligence (AI), telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Dari pendidikan, kesehatan, hingga dunia keuangan dan dakwah Islam pun kini mulai memanfaatkan kecerdasan buatan. Namun, muncul pertanyaan penting: Bagaimana pandangan Islam terhadap perkembangan teknologi AI? Apakah penggunaannya sesuai dengan nilai-nilai syariat?

AI dalam Kehidupan Modern: Peluang atau Tantangan?

Data dari Statista (2024) menunjukkan bahwa penggunaan AI global tumbuh pesat dengan nilai pasar mencapai lebih dari USD 500 miliar. Bahkan, di Indonesia, AI mulai diadopsi dalam pelayanan publik, pendidikan, e-commerce, dan dakwah digital. Misalnya, chatbot Islami, pengingat waktu sholat berbasis AI, serta penerjemah Al-Qur’an digital kini tersedia secara luas.

Bagi umat Islam, perkembangan ini bisa menjadi peluang besar untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui sarana teknologi. Namun, juga perlu diwaspadai agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai tauhid dan etika Islam.


Perspektif Islam terhadap Teknologi

Dalam Islam, teknologi adalah alat (wasilah), bukan tujuan. Alat tersebut menjadi baik atau buruk tergantung pada niat dan cara penggunaannya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya..."
(QS. Al-Jasiyah: 13)

Ayat ini menunjukkan bahwa segala ciptaan Allah, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah untuk kemaslahatan manusia, asalkan digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab.


Prinsip-prinsip Islam dalam Menyikapi AI

  1. Niat yang Lurus (Ikhlas)
    • Segala pemanfaatan teknologi, termasuk AI, hendaknya diniatkan untuk kemaslahatan umat, bukan untuk kerusakan atau manipulasi informasi.
  2. Keadilan dan Amanah
    • AI tidak boleh digunakan untuk hal-hal yang merugikan pihak lain, seperti penyebaran hoaks, manipulasi opini, atau pelanggaran privasi.
  3. Tidak Meniru Tuhan
    • AI, meskipun cerdas, tetap buatan manusia. Islam menolak ide bahwa AI bisa menggantikan akal, hati nurani, atau bahkan eksistensi Tuhan.
      Ini menjadi perhatian serius dalam dunia AI modern yang mulai mengarah pada konsep "AGI" (Artificial General Intelligence).
  4. Menjaga Akhlak Digital
    • Interaksi dengan AI harus tetap memperhatikan adab, baik ketika mengakses konten maupun saat menciptakan teknologi.

Peran Lembaga Zakat dalam Era AI

GIS Peduli sebagai lembaga amil zakat di era digital memiliki peluang besar untuk memanfaatkan AI dalam berbagai lini:

  • Distribusi Zakat yang Tepat Sasaran
    Dengan analisis data berbasis AI, mustahik bisa diidentifikasi lebih akurat dan cepat.
  • Konten Edukasi Filantropi Berbasis AI
    Seperti pembuatan konten otomatis, chatbot konsultasi zakat, dan kampanye zakat digital di media sosial.
  • Pelaporan dan Transparansi Digital
    Teknologi AI bisa membantu menciptakan laporan yang real-time dan akurat, meningkatkan kepercayaan publik.

Islam Mendorong Inovasi, Tapi Tetap Beretika

Islam tidak menolak kemajuan teknologi, termasuk AI. Namun, Islam memberikan kerangka etika dan moral agar teknologi digunakan untuk kebaikan dan kemaslahatan umat manusia. AI bisa menjadi ladang amal jika digunakan dengan niat yang benar dan sesuai syariat.

Sebagai umat Islam, mari kita bijak dalam menggunakan teknologi dan menjadikannya sebagai jalan untuk memperkuat iman, memperluas manfaat zakat dan wakaf, serta membangun peradaban Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Bagikan artikel ini
Artikel Terkait