Karawang, 12,
Agustus 2025 - Di sebuah Dusun Kompa, Desa
Cimahi, Kecamatan Klari, terdapat sebuah tempat bernama Leuwigoong.
Tempat ini bukan sekadar wilayah biasa di sana tersimpan sejarah,
kehidupan, dan cerita perjuangan yang terus hidup hingga kini.
Leuwigoong
dikenal sebagai lokasi situs Makam Raden Arya Wirasaba, seorang pejuang
yang mungkin namanya tidak tercatat di daftar pahlawan nasional, tetapi jasanya
tetap harum dalam ingatan warga sekitar. Beliau adalah bagian dari sejarah
panjang perjuangan masyarakat setempat.
Di sekitar area
ini, kelompok petani yang menjadi mitra pemberdayaan GIS Peduli mengolah
lahan pertanian dan perkebunan. Hasil bumi dari tanah inilah yang menjadi
sumber penghidupan bagi banyak keluarga. Namun, untuk sampai ke tanah garapan
tersebut, para petani harus melintasi sebuah danau bekas galian pasir yang
cukup luas.
Satu-satunya
jalur penghubung adalah sebuah jembatan apung yang terbuat dari kayu dan
drum plastik yang dirangkai. Selama hampir 10 tahun, jembatan ini
menjadi nadi penghubung antara harapan dan kenyataan, antara rumah dan ladang,
antara kerja keras dan hasil panen. Namun, waktu dan cuaca telah meninggalkan
jejaknya. Kayu mulai lapuk, drum plastik mulai rapuh, dan setiap langkah di
atas jembatan terasa semakin mengkhawatirkan.
Bagi para
petani, jembatan ini adalah urat nadi kegiatan mereka. Tanpa jembatan, mereka
harus menempuh jalur memutar yang jauh lebih lama dan melelahkan. Namun,
kondisi jembatan yang semakin rusak berarti keselamatan mereka terancam setiap
kali menyeberang.
Tidak menunggu
bantuan datang dari luar, GIS Peduli, Pemerintah Desa Cimahi, dan
para petani setempat memutuskan untuk bergerak. Mereka memilih jalan yang
paling mulia yaitu dengan bergotong royong.
Di pagi hari
yang cerah, warga berkumpul di tepi danau. Tidak ada perbedaan antara relawan,
petani, atau aparat desa semuanya bekerja bahu membahu. Ada yang memotong
kayu, ada yang merangkai drum, ada yang mengikat tali, dan ada pula yang
mengangkat serta menyusun material.
Pendanaan
diperoleh dari iuran sukarela para petani, disokong pula oleh bantuan
dari Pemdes Cimahi dan dukungan penuh GIS Peduli. Bagi mereka,
ini bukan hanya tentang memperbaiki jembatan, tetapi juga memperbaiki rasa aman
dan kenyamanan dalam bekerja.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai,
menyayangi, dan saling peduli bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota
tubuh merasa sakit, seluruh tubuh akan merasakan sakit dan tidak bisa
tidur."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini
menjadi pengingat bahwa kepedulian bukan hanya ucapan, tetapi tindakan nyata
yang dirasakan manfaatnya oleh orang lain.
Manfaat dari
Perbaikan Jembatan Apung
Perbaikan
jembatan apung ini membawa banyak manfaat, antara lain:
1. Keselamatan Terjaga
Dengan jembatan apung yang sudah diperbaiki dan diperkuat, risiko kecelakaan
saat warga menyeberang dapat diminimalkan. Warga kini bisa melintas dengan
lebih aman, baik saat membawa barang, hasil panen, maupun ketika berjalan kaki.
2. Kelancaran Aktivitas
Perbaikan ini membuat para petani dapat mengangkut hasil panen mereka dengan
lebih cepat dan tanpa hambatan. Tidak ada lagi rasa khawatir jembatan akan
patah atau bergoyang berlebihan saat dilalui.
3. Mempermudah Akses Pendidikan
Anak-anak sekolah yang setiap hari harus melintas kini dapat pergi dan pulang
sekolah dengan lebih tenang. Jembatan yang kokoh menghilangkan kekhawatiran
akan terpeleset atau jatuh.
4. Menumbuhkan Kebersamaan
Proses perbaikan yang dilakukan secara gotong royong
mempererat hubungan antarwarga. Semangat saling membantu ini menumbuhkan rasa
persaudaraan dan kepedulian sosial yang tinggi.
5. Menjadi Ladang Amal
Jariyah
Setiap orang yang melintas di atas jembatan ini akan membawa pahala bagi mereka
yang terlibat dalam pembangunannya. Pahala tersebut akan terus mengalir selama
jembatan ini bermanfaat dan digunakan untuk kebaikan.
Kisah perbaikan
jembatan apung di Leuwigoong adalah pengingat bahwa kekuatan sebuah
komunitas terletak pada persatuan dan kepedulian. Dalam suasana yang penuh
semangat, tidak ada yang merasa lebih tinggi atau lebih rendah. Semua sejajar,
semua saling mengulurkan tangan.
Alhamdulillah,
berkat kerja sama ini, jembatan kini berdiri lebih kokoh, siap mengantarkan
langkah demi langkah para petani menuju ladang dan pulang dengan membawa hasil
dari kerja keras mereka.
Semoga semangat
ini tidak berhenti di sini. Semoga gotong royong, kebersamaan, dan rasa peduli
yang telah ditunjukkan warga Leuwigoong bisa menjadi teladan bagi kita semua.
Sebab, pada akhirnya, jembatan yang sesungguhnya adalah hati yang saling
terhubung.