KARAWANG—Semenjak didirikan 3 tahun lalu, minat masyarakat Karawang untuk menyekolahkan putra-putrinya di Sekolah Menengah Pertama lslam Terpadu (SMPIT GIC) semakin meningkat.
Hal tersebut ditandai dengan membludaknya jumlah calon peserta didik/santri yang ingin sekolah di SMPIT GIC, bahkan sebagian besar orang tua sudah mendaftarkan buah hatinya jauh-jauh hari sebelum pendaftaran dibuka pada awal Juni 2018 lalu.
Nampaknya, antusiasme warga tersebut sejalan dengan semakin berkembangnya program-program yang ditawarkan oleh Rumah Pemberdayaan (Asrama Yatim Dhuafa) SMPIT GIC.
Namun sayangnya, asrama sementara yang sudah ada di SMPIT GIC ini, kini tak lagi mampu menampung jumlah peserta didik yang ingin mondok di sana (tinggal di asrama-red).
Menjawab persoalan itu, Yayasan Gema lndonesia Sejahtera (YGIS) yang menaungi SMPIT GIC berencana membangun asrama dengan kapasitas yang lebih besar lagi. Cita-cita besar SMPIT GIC untuk melahirkan para alumnus berakhlak mulia tersebut dimulakan dengan Groundbreaking pembangunan Asrama Sekolah Peduli Yatim Dhuafa.
Alhamdulillah, pada Ahad (5/8/2018) kemarin, Groundbreaking pembangunan Asrama Sekolah Peduli Yatim Dhuafa sukses dilangsungkan. Di atas tanah seluas 208 m2, rencananya akan dibangun asrama dua lantai seluas 416 m2. Bangunan dengan jumlah delapan ruangan tersebut nantinya diharapkan mampu untuk menaungi sebanyak 64 anak.
Ketua Umum YGIS Wahyu Widodo berharap, pembangunan Asrama Sekolah Peduli Yatim Dhuafa yang akan menghabiskan anggaran sebesar Rp. 1,5 Milyar tersebut mampu melahirkan penghafal-penghafal Al-Quran yang berguna bagi masyarakat banyak.
“Agar nantinya menjadi manusia yang berakhlak mulia, berguna bagi masyarakat banyak dan tentunya mempunyai ilmu yang bermanfaat,” ujar pria alumnus S-1 Ilmu Komunikasi jebolan Universitas Diponegoro, Semarang.
Wahyu melanjutkan, bahwa kerja YGIS ini merupakan peran serta dalam membantu pemerintah meningkatkan pembangunan mental dan juga spiritual masyarakat .
Sementara itu Direktur Pendidikan Formal Rahma Dian Lestari S.Si,MPd menyampaikan, pembangunan asrama pada tahun ini sudah menjadi kebutuhan penting. “Mengingat tahun ajaran 2018/2019 sudah berjalan sejak 16 Juli 2018 lalu.”
“Ada sistem baru yang akan kita berlakukan pada tahun ajaran ini. Khusus untuk santri asrama, akan diberikan target hafalan sesuai intake mereka yang harus diselesaikan selama 1 bulan berjalan,” lanjut Rahma.
Di akhir bulan, lanjut Rahma, akan diadakan pengecekan hafalannya. Apabila santri yang bersangkutan belum mampu menyelesaikan hafalannya, maka sanksinya adalah dipersilakan tinggal kembali bersama wali/orang tuanya. “Tentunya dalam waktu yang ditentukan, untuk mengejar ketinggalan hafalan.”
Jika sudah bisa menyelesaikan target hafalan, maka santri tersebut dipersilakan tinggal kembali di asrama.
Cara ini menurut alumnus S-2 Pendidikan Unindra tersebut dipandang efektif untuk menjaga hafalan santri. “Juga mencegah santri menghabiskan waktu dengan sia-sia,” tambah Rahma.
Sementara, bicara soal pembangunan asrama, Rahma menyampaikan pula harapan agar pembangunan asrama nantinya mendapatkan dukungan yang maksimal dari sahabat-sahabat donatur yang dermawan. “Sehingga pembangunan berjalan dengan lancar dan cepat.”
Groundbreaking pembangunan Asrama Sekolah Peduli Yatim Dhuafa” turut dihadiri Kepala Desa Cengkong Santo, Binmaspol Bripka Sigit Sugiarto, Babinmas Serda Yunus Sugiono serta segenap donatur.
Kepala Desa Cengkong tersebut juga menyampaikan motivasinya, agar pihak yayasan Istiqomah dengan partisipasinya terhadap masyarakat Karawang -khususnya Desa Cengkong.
“Mengisi otak dengan IPTEK, dan mengisi hati dengan tauhid, ujar Santo.
Di akhir pembicaraannya, Santo mengacungkan jempol kepada segenap jajaran YGIS. “Pokoknya LAZ GIS bagus dan ok.” []