Bentrokan. Apa yang Sahabat pikirkan ketika mendengar kata Bentrokan? Berantem kah? Baku pukul kah? Atau apa?
Nah, ternyata Bentrokan ini adalah nama sebuah dusun yang letaknya kejepit di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Bisa dibilang ini negeri di atas awan versi Wong Magelang.
Untuk menuju Dusun Bentrokan sejauh 35 km dari Kota Magelang, memerlukan waktu tempuh selama kurang lebih 1,5 jam.
Akses menuju ke sana bisa dibilang sangat baik, kecuali ketika kita sudah memasuki Kampung Sanden di Kecamatan Sawangan, posisinya sebelah selatan dari Dusun Bentrokan.
Akses jalan dari Sanden menuju Bentrokan sejauh 5 km ini hanya bisa dilalui oleh satu mobil. Kondisi jalannya hanya dicor sebagian, yakni selebaran ban kendaran. Sebagiannya masih tanah dan rumput liar.
Selain jalanannya menanjak nan curam, karena berada di lereng Gunung Merbabu, di kiri kanan jalan kita bisa melihat hamparan lahan-lahan pertanian sayuran yang diolah warga setempat.
Di Dusun Bentrokan yang dikategorikan sebagai daerah terluar, karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Boyolali, mayoritas warga bekerja sebagai buruh tani. Ya buruh tani.
Namun, warga Dusun Bentrokan jadi buruh tani justru bukan di wilayahnya sendiri. Tapi harus pergi hingga ke dusun atau desa lainnya.
Upah harian sebagai buruh tani, hanya sebesar Rp. 50 ribu perharinya. Itu pun tak setiap hari ada pekerjaan. Mereka paling lama bekerja selama 5 hari. Selebihnya mengolah lahan di sekitaran dusunnya.
Menurut Tri, Kepala Dusun setempat, pendapatan dari menanam sayuran seperti Daun Bawang, Kol, Sawi dan lainnya di lahan seluas 1000 M2 hanya menghasilkan sekitar Rp 700 ribu di setiap panennya atau tiga bulan sekali. Itu pun kalau harganya bagus.
Tingkat pendidikan yang mayoritas hanya mengecap bangku sekolah dasar, memaksa mayoritas warga untuk jadi buruh tani.
Istilahnya untuk apa sekolah tinggi-tinggi jika lulus SD saja sudah bisa bekerja. Dapat uang. Sementara sekolah mengeluarkan uang yang lumayan. “Mending cari duit,” kata salah satu warga.
Selain itu, ternyata di wilayah yang serba hijau itu, air bersih baik untuk mandi ataupun memasak sulit didapat.
Untuk mendapatkan satu jerigen air bersih sebanyak 20 liter saja, warga harus menunggu hingga satu hari lamanya. Sementara kebutuhan sehari-hari minimal-minimalnya 80 liter.
Satu-satunya sumber air bersih terletak 4 km ke arah Gunung Merbabu, tepatnya di daerah bernama Tedeng Agung.
Untuk mengalirkan air dari sumber itu, warga memasang pipa ukuran 2 inch sepanjang 4 km. Namun sayangnya debit air di sana sangat kecil, air yang mengalir ke dusun bisa diibaratkan tinggal tetesan-tetesan air saja.
Setelah beraudiensi, para warga berharap ada program-program kemanusiaan yang dilakukan di Dusun bentrokan. Salah satunya adalah bagaimana mengatasi permasalahan air.
Selain itu kepala dusun pun juga berharap ada program-program pemberdayaan lainnya yang bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat di sana.
Ayo kita singsingkan lengan baju, bahu membahu membantu warga di sana. InsyaAllah LAZGIS Peduli siap menjembatani.